thegoodsurvivalist – Kabar gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang diumumkan pada Rabu malam (15 Januari 2025) sempat membawa harapan dan kegembiraan bagi warga Gaza. Namun, kegembiraan tersebut hanya bertahan singkat. Beberapa jam setelah pengumuman gencatan senjata, serangan udara Israel kembali menghantam wilayah tersebut, menewaskan sedikitnya 82 orang dalam beberapa jam terakhir.
Serangan-serangan ini terjadi meskipun kesepakatan gencatan senjata telah diumumkan oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat sebagai juru runding. Warga Gaza yang sempat merayakan pengumuman gencatan senjata dengan penuh sukacita, segera dikejutkan oleh suara ledakan dan serangan udara yang kembali mengguncang wilayah mereka.
“Selama beberapa jam, orang-orang mengubah seluruh area ini menjadi tempat perayaan, sesuatu yang tidak biasa kita lihat di sini karena sebelumnya tempat ini adalah lokasi pemakaman bagi para korban perang,” ujar Hani Mahmoud, koresponden Al Jazeera yang melaporkan dari Deir el-Balah, Gaza tengah. Namun, perayaan tersebut tidak bertahan lama. Warga Gaza yang sempat merasakan kebahagiaan kini kembali dihantui rasa takut.
Pasalnya, meski kesepakatan gencatan senjata diumumkan, serangan-serangan slot kamboja masih terus berlangsung. Warga mengkhawatirkan bahwa sebelum gencatan senjata benar-benar dimulai pada hari Minggu mendatang, situasi akan semakin buruk. “Kami memperkirakan serangan pesawat tak berawak dan tembakan artileri berat akan meningkat, dan itulah yang membuat orang-orang segera menghentikan perayaan mereka setelah hanya dua jam,” kata Mahmoud.
Di Kota Gaza, serangan udara Israel memadamkan kegembiraan yang sempat muncul setelah pengumuman gencatan senjata. Anas al-Sharif, koresponden Al Jazeera yang melaporkan dari sana, menggambarkan bagaimana pesawat tempur Israel langsung menghantam rumah sakit, tempat penampungan, dan rumah-rumah warga, yang membuat suasana ceria berubah menjadi ketakutan.
Pengamat politik Timur Tengah, Omar Baddar, mengatakan bahwa gencatan senjata yang dijadwalkan berlaku mulai Minggu tidak akan benar-benar dimulai pada hari Minggu. Ia memprediksi serangan terhadap warga di Jalur Gaza hanya akan melambat, tidak akan berhenti sepenuhnya1. “Gencatan senjata itu sama sekali tidak berarti bahwa Gaza akan menjadi tempat yang aman dan bebas bagi warga Palestina untuk tinggal,” kata Baddar seperti dikutip Al Jazeera.
Situasi ini menunjukkan betapa rapuhnya kesepakatan gencatan senjata di tengah konflik yang telah berlangsung selama berbulan-bulan. Warga Gaza, yang telah lama menderita akibat perang, kini harus kembali menghadapi ketidakpastian dan ancaman yang terus menghantui mereka.